Jumat, 16 Januari 2015

Happy Wedding.

Palembang, 31 Maret 2015. 

Ini adalah hari istimewa, setidaknya untukku. Hari dimana aku dilahirkan ke dunia, hari dimana aku dapet bernafas untuk pertama kalinya. Usiaku memasuki dua puluh satu dan aku telah melewati banyak sekali hal-hal yang kadang tidak aku mengerti di dunia ini. 
Hari ini, biasanya aku akan dikunjungi oleh teman-teman terdekatku. Satu hal yang aku tau, dulu, yang awalnya banyak sekalo mereka yang mengunjungiku dihari ini, kali ini hanya sedikit, sedikit sekali. Mungkin inilah yang mereka sebut seleksi alam, hanya beberapa yang akan tetap dan terus bertahan. Tapi ada hal yang terasa kurang tahun ini. Salah satu temanku, teman terbaikku tidak berada disini. Saat mereka yang lain datang, satu pertanyaan yang aku ucapkan, 'where is she?'
Ya, dia tidak hadir. Dia tidak hadir bukan karna dia tidak ingin menemuiku lagi. Tapi dia tidak hadir, aku percaya, demi kebaikan dia kelak. Sedih memang bila sahabat kita tidak ada dihari istimewa kita, tapi disisi lain, aku juga tidak ingin dia membahayakan dirinya sendiri hanya untukku. 


Palembang, 3 April 2015

Hari ini, mungkin akan menjadi salah satu hari bersejarah bagiku, dan mungkin untuk beberapa temanku. Ya, she's getting married. 
Dia yang aku kenal sejak kelas pertama di sekolah menengah akhir. Dia yang datang ke sekolah setiap hari dengan rambut dikucir kuda lengkap dengan seragam rapi dan nyaris tidak pernah berurusan dengan guru bagian pelanggaran. Dia yang memiliki wajah tidak bersahabat di awal pertemuan. Dia yang aku tau hanya memiliki beberapa teman dekat di sekolah. Dia yang berbicara apa adanya, tidak peduli itu menyenangkan ataupun menyakitkan. Dia yang selalu bilang kalau aku adalah orang yang paling cengeng. Dia yang, ah entahlah. Air mataku sudah cukup banyak mengalir hanya untuk mendeskripsikan dirinya. Hari ini dia resmi menjadi seorang istri. Istri dari seorang pria yang memang sangat dikaguminya dan pasti sangat dicintainya. Kau tau artinya apa? Hari ini aku akan kehilangan dia. Tidak, tunggu, kenapa aku harus kehilangan dia? Ya, suka atau tidak suka, dia tidak bisa selalu bersamaku seperti kemarin. Dia tidak bisa selalu menemaniku saat aku hanya ingin menghabiskan waktu yang tidak penting bersamanya. Ah, mungkin rasanya akan sulit sekali bertemu dengannya kelak. 
Kembali ke pernikahan, ya seperti yang sudah jauh aku perkirakan, aku akan menangis hari ini. Tentu saja! Siapa yang tidak menangis melihat sahabatnya menikah? Ini menjadi tangisan bahagia sekaligus menyedihkan. Tentu saja aku bahagia. Aku bahagia melihatnya bahagia bersama orang yang dia yakini dan percaya dapat membuatnya bahagia juga. Disisi lain, aku akan sangat sedih. Percaya atau tidak, kau akan pergi. Ya, tak ada lagi hal-hal bodoh yang biasanya bisa kita lakukan hampir setiap hari. Well, dibalik semua itu, aku yakin bahwa kau telah memasuki fase kehidupan yang baru, yang bisa membuatmu lebih dewasa dan pastinya bahagia. I'm happy for you, girl ♥️


Palembang, 5 April 2015. 

Hari baru, resepsi pernikahan. Yap, butuh perjuangan untukku agar dapat mendatangi resepsi ini. Kau tau? Tadi malam aku masih berada di Prabumulih. Tempat dimana aku melakukan penelitian untuk tugas akhirku. Awalnya aku ingin kembali ke Palembang tanggal 4 malam, hanya saja ada beberapa halangan yang tidak memungkinkan untukku kembali tanggal 4. But finally, disinilah aku. Tepat hari ini jam 10 pagi aku bisa berada di gedung tempatmu melakukan resepsi pernikahan. No more tears. Alhamdulillah, hari ini aku tidak lagi mengeluarkan air mata. Selain aku tidak ingin merusak make-up-ku sendiri, aku tidak ingin melihatmu sedih jika aku menagis di hari bahagiamu ini. 
Satu hal yang aku katakan saat melihatmu masuk ke gedung (tentunya dengan pasanganmu) yaitu, 'oh my God, she's beautiful...' Jujur, aku sedikit tidak percaya. Itu kamu? Itu sahabat aku yang mengenakan pakaian pernikahan? Ini serius? Waktu berlalu begitu cepat, terlalu cepat. Ya, sekali lagi aku bahagia melihatmu. Entahlah, rasanya aku tidak tau lagi apa yang harus aku tuliskan untuk mengungkaplan betapa bahagianya aku sekarang. Ohya, aku punya beberapa doa untukmu, sahabatku. Semoga dengan adanya pernikahan ini, kalian berdua menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah, semoga kau menjadi wanita yang lebih baik dan bisa membahagiakan suamimu dalam keadaan apapun, semoga pendidikanmu segera diselesaikan, semoga cepat mendapatkan keturunan (yeay, can't wait for a little baby), semoga kau menjadi wanita terbahagia dan akan selalu bahagia sepanjang sisa hidupmu.
Happy wedding, Irma Wahyuni. I love you to the moon and back!♥️


P.S: i'm sorry for late posting. Hope you enjoy it, guys!♥️
P.S(again) : sorry for your ugly picture, Im! I still love you, anyway. Xoxo

Kamis, 15 Januari 2015

Teruntuk kalian...

Teruntuk kalian, teman-temanku. 
Apa kalian ingat, bagaimana cara Tuhan mempertemukan kita untuk menjadi teman dalam suka maupun duka?
Rasanya baru kemarin aku melihat kalian sebagai orang asing yang tak tau apa-apa tentang kehidupanku. Aku melihat orang-orang yang datang dan pergi memasuki kehidupanku. Ya, dulu, rasanya aku memiliki banyak sekali orang-orang yang berada di sampingku saat aku terpuruk. Saking banyaknya, aku tidak bisa menolak bila diajak untuk melakukan hal-hal yang 'katanya' menyenangkan. 

Teruntuk kalian, teman-temanku. 
Aku tau, perjalanan kita dalam menjalin pertemanan ini tidaklah mudah. Ada kalanya dimana aku tidak ingin diganggu oleh kalian, ada kalanya aku tidak ingin melihat kalian lagi, ada kalanya aku merasa amat membenci kalian, dan ada kalanya aku merasa tidak bisa hidup tanpa kalian. 
Apa aku berlebihan? Entahlah, seperti itulah yang aku rasakan. 

Teruntuk kalian, teman-temanku. 
Tak terasa bertahun-tahun telah berlalu. Sekarang aku bisa melihat, mana orang yang mendatangiku hanya dikala mereka kesusahan, mana orang yang hanya mendatangiku mencari kebahagiaan semata, dan mana orang yang selalu berada didekatku tanpa peduli masing-masing sedang susah ataupun senang. 
Ya, seleksi alam. Aku sudah bilang, rasanya dulu aku punya banyak sekali teman, sampai aku bingung bagaimana caranya aku menyebut nama mereka satu-persatu. Tapi sekarang? Aku bisa menyebutkan dengan pasti orang-orang yang selalu ada untukku, apapun keadaannya. 

Teruntuk kalian, teman-temanku. 
Aku tau, kehidupan kita tidak semudah dulu. Aku juga sadar, cepat atau lambat aku akan mengalami kesulitan untuk bertemu dengan kalian, atau mungkin untuk mengetahui kabar kalian saja akan terasa sulit. 
Kita semua punya kehidupan masing-masing yang harus dijalani. Dan bagaimanapun keadaan kita kelak, aku harap kalian akan selalu sama. Tidak berubah. 

Teruntuk kalian, teman-temanku. 
Sebelumnya aku juga ingin menyampaikan maaf yang sedalam-dalamnya kepada kalian, teman terbaikku, atas semua perbuatanku yang mungkin menyakiti hati kalian. Aku juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kalian atas semua bantuan, dukungan, nasehat, peringatan, dan apapun yang mendorongku menjadi manusia yang lebih baik. 
Mungkin kalian semua bertanya-tanya kenapa aku menulis semua ini? 
Aku hanya ingin kalian tau, bahwa aku sangat menyayangi kalian dan aku tidak ingin kehilangan kalian.