Selasa, 13 Desember 2011

A Love Letter...

Untukmu, yang (dulu) aku cintai…

                Hai… Apa kabar? Apakah kau masih ingat padaku? Dan masihkah kau ingat semua hal yang telah kita lalui (dulu)? Aku harap kau akan baik-baik saja. Dan aku juga berharap, kau masih mengingat namaku, walaupun mungkin kau sudah tak ingin lagi mengingat apa yang telah kita lalui bersama (dulu).
                Aku masih ingat, saat pertama kali aku bertemu denganmu. Aku tak merasakan sesuatu yang special saat aku melihatmu. Bahkan aku tidak peduli siapa namamu, dimana rumahmu, bagaimana sifatmu, dan segala tentangmu. Ketika aku mulai mengetahui siapa namamu, otakku seolah terhipnotis dengan sikapmu. Entah kenapa, sejak saat itu aku ingin terus mencari tau segala hal tentangmu. Setiap aku berada didekatmu, aku merasakan suatu hal yang berbeda. Aku merasakan detak jantungku berdetak lebih cepat, aku merasakan rona merah dipipiku saat kau menatap mataku, dan aku merasakan otakku beku dan tidak bisa berpikir dengan logika saat aku mengingatmu.
                Ingatkah kau disaat kita sudah semakin dekat dalam suatu ikatan? Saat itu kau sudah berani membelai rambutku dan kau tidak ragu untuk menggenggam tanganku, apa kau ingat? Aku tidak bisa melupakan hal-hal kecil yang membuatku melayang. Bermain gitar sambil menyanyikan beberapa lagu untukku, memberikanku bunga, ataupun hanya sekedar telepon bahkan sms dengan ucapan ‘I Love You’. Setiap perkataan yang kau katakan, selalu aku ikuti seolah kau bisa menjadi panutan yang selalu memberikanku kebahagiaan. Saat itu, aku melihatmu sebagai seseorang yang begitu sempurna. Kau selalu bisa membuatku tersenyum saat aku merasa sedih, kau selalu bisa membuatku merasa nyaman saat berada dalam dekapanmu, kau selalu bisa membuatku percaya kepada semua perkataanmu. Ketika aku menjadi seseorang yang special dihatimu (dulu), aku sempat berpikir bahwa kaulah lelaki terakhir yang akan singgah dan akan selalu ada dihatiku. Aku merasa tidak ada seorangpun yang mampu memisahkan aku dan kamu.
                Dan ingatkah kau, saat secara tiba-tiba kau menghilang? Kemudian kau berjalan meninggalkanku dengan alasan yang tidak rasional? Pernahkah kau berpikir betapa hancurnya perasaanku saat kau melupakanku dengan mudahnya? Hatiku hancur, hancur seperti kaca yang pecah menjadi beberapa kepingan kecil tak berharga. Air mataku pun tumpah dan aku tak tau lagi seberapa banyak aku menghabiskan air mata hanya untuk menangisimu. Ya, kamu… Lelaki yang (dulu) aku cintai…
                Sejenak aku bisa melupakan bayangmu dengan menghabiskan waktu bersama sabahat dan orang-orang lain disekitarku. Tapi, taukah kamu saat aku sedang sendiri? Wajahmu, perhatianmu (dulu), dan segala kenangan kita selalu datang menyerbu ingatanku. Melihat message di inbox yang hampir sebagian besar tertulis kata-kata cinta, mendengarkan lagu-lagu yang (dulu) kau beri dan selalu kau nyanyikan untukku, aku selalu menangis. Hidupku seperti sebuah hujan yang merindukan pelangi. Dan saat itu, aku ingin segera bangkit, aku ingin segera melupakanmu, dan aku ingin menghapus semua kenangan tentangmu.
                Disaat aku mencoba untuk berhenti memikirkanmu, berhenti mengingatmu dan berhenti mencintaimu, aku mendapat sebuah kabar tentang dirimu yang sudah mendapatkan kekasih baru sebagai penggantiku dihidupmu. Kau tau apa yang aku rasakan? Rasanya sakit. Aku sendiri tak tau sakitnya seperti apa, yang jelas itu sakit. Sangat sakit! Saat mendengar kabar itu, aku sendiri tak langsung percaya tentang hal itu, mungkin karena aku masih peduli padamu. Aku ingin melihat dan mendengarkan secara langsung dari mulutmu jika kau telah menemukan penggantiku. Dan hari itupun tiba, suatu ketika aku melihatmu sedang berjalan dan berbincang-bincang dengan perempuan lain. Aku terdiam. Aku terpaku. Aku membisu. Tak ada hal yang bisa aku lakukan selain menangis. Ya, aku kembali menangisi seorang lelaki yang (dulu) aku cintai. Ingin rasanya aku berlari kearahmu dan berkata “aku masih mencintaimu!” Tapi tak ada yang bisa aku lakukan. Hanya menangis, menangis, dan menangislah yang aku lakukan kala itu.
                Setelah kejadian itu aku menenangkan diriku, aku menjauh dari hiruk pikuk keramaian. Aku berpikir, kenapa aku harus menyiksa diriku dengan mengingat lagi semua hal tentangmu? Perlahan aku mulai bisa mengesampingkan semua tentangmu diingatanku. Dan aku rasa, aku sudah siap untuk memulai hari baru. Pemikiran baru, pandangan hidup yang baru, dan mungkin kekash hati yang baru. Tapi kenapa? Kenapa disaat aku ingin melupakan bayangan dirimu, tiba-tiba kau hadir kembali memberikan asa dan membuatku kembali berharap kepadamu? Kau kembali hadir memberikan perhatian yang bisa membuatku kembali membuka hatiku untukmu. Apa kau tau yang aku rasakan? Akal sehat dan perasaanku seperti berperang. Akal sehatku menentang kehadiranmu kembali dihidupku. Akal sehatku tak ingin membuat diriku terluka dan menangis lagi karenamu. Akan tetapi, perasaanku menentang semua itu. Perasaanku ingin kembali bersamamu, perasaanku ingin kembali mendapatkan perhatian-perhatian yang bisa membuatku tersipu malu. Tanpa berpikir panjang, aku kembali menerimamu lagi dalam hidupku. Dan aku tau, rasa saat pertama kali aku bersamamu dengan saat ini telah berbeda. Yang aku rasakan, hanya aku yang memberimu perhatian, hanya aku yang selalu ada untukmu, dan mungkin hanya aku yang mencintaimu.
                Dan ternyata aku benar, tak berapa lama, lagi-lagi kau pergi meninggalkanku. Lagi-lagi kau membuatku menangis. Dan lagi-lagi kau membuat hatiku hancur. Aku merasa seperti orang yang bodoh. Aku bodoh karena tidak medengarkan akal sehatku. Aku bodoh karena tidak mendengarkan pendapat orang –orang disekitarku. Aku bodoh karena aku terlalu mementingkan perasaanku tanpa berpikir panjang tentang dampak akibat dari perbuatanku menerimamu kembali. Dan aku merasa lebih bodoh dari apapun karena aku mau jatuh ke lubang yang sama berulang-ulang kali. Dan lebih bodoh lagi, saat itu aku meninggalkan orang yang benar-benar mencintaiku demi kamu! Demi kamu!!! Aku rela melepas dia karena aku pikir kau bisa memberiku kebahagiaan yang lebih. Ternyata aku salah. Kau tega membiarkanku terjatuh berulang-ulang dan bahkan kau tak peduli betapa sakitnya hatiku atas perbuatanmu itu.
                Dalam keadaan dimana aku benar-benar hancur dan rapuh, aku masih memiliki orang-orang yang peduli kepadaku. Orang tua, sahabat, dan mereka yang lain merindukan aku yang dulu. Aku yang selalu tersenyum, aku yang selalu ceria, dan aku yang selalu bisa melewati setiap cobaan dengan tenang. Dan karena merekalah, sampai sekarang aku masih bisa menikmati hidup walau tanpamu. Aku sadar, hidupku belum berakhir walau tidak ada kamu disisiku, hidupku masih bisa indah walau tanpa baying-bayangmu dihidupku. Dan aku juga sadar, semua kebaikan dan keburukanmu terhadapku masih membekas dalam ingatanku. Aku tak bisa melupakan semua hal tentangmu dengan mudah. Aku juga tidak bisa dengan cepat melupakanmu. Dan mungkin juga, aku masih mencintaimu. Tapi aku sadar, aku hanya perlu waktu untuk berhenti memikirkan hal itu, da itu juga bukan berarti aku menginginkanmu kembali hadir dalam hidupku. Aku hanya ingin, suatu saat aku akan menemukan seorang lelaki yang tepat dan benar-benar mencintaiku apa adanya. Dan aku juga berharap kamu akan mendapatkan hal yang sama. Aku ingin kita bisa bahagia, walaupun jalan hidup kita seudah berbeda. Dan satu lagi, aku ingin, saat ada orang yang menyebutkan namaku dihadapanmu, kau akan tersenyum dan berkata “DIA PERNAH MEMBUAT HARI-HARIKU MENJADI INDAH (dulu)”

Dariku, kekasih hatimu (dulu)...